Pesan Semiotik Di Balik Gaduhnya Komunikasi Presiden

Pesan Semiotik Di Balik Gaduhnya Komunikasi Presiden

”Sebenarnya normal saja semua manusia bisa salah ucap dan mereka tidak menyadari itu saat melakukannya, namun untuk kasus ini  ada beberapa hal yang lantas perlu diperhatikan mengapa kemudian hal itu berubah  menjadi gaduh. Pertama, sosok yang menyampaikan. Kedua, apa isi pesan yang disampaikan, ” terang Nyarwi Ahmad pakar komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) pada readtimes.id,  menyoal terkait pesan semiotik di balik kegaduhan yang disebabkan oleh beberapa kesalahan ucap Presiden.

Pihaknya menjelaskan bahwa status sebagai Presiden yang dikenal publik sebagai sebuah jabatan politik adalah alasan mengapa setiap ucapan Jokowi itu penting dan akan selalu menyita perhatian publik. Selanjutnya terkait isi pesan, Nyarwi Ahmad melihat bahwa hal itu bisa menjadi sumber kegaduhan publik jika pesan yang disampaikan itu menyangkut hal-hal yang sifatnya  krusial dan menjadi pengetahuan luas oleh publik.

” Seperti  tempat kelahiran Soekarno itu Blitar atau Surabaya, dan Padang  itu sebuah kota atau kah provinsi misalnya, adalah hal yang sangat  mudah memancing perhatian publik jika itu diucapkan secara kurang tepat, apa lagi yang menyampaikan itu adalah sosok presiden, ” tambahnya.

Menyoal terkait mengapa hal-hal yang tidak tepat tersebut bisa sering terjadi pada para  elit, menurut Nyarwi Ahmad  hal tersebut pada dasarnya tergantung pada model komunikasi elit dan tim  pendukungnya. Seperti yang diketahui  Presiden memiliki tim komunikasi  khusus untuk mengatur setiap hal yang akan disampaikan pada publik, kesalahan-kesalahan semacam ini yang kemudian harusnya bisa diantisipasi jika mereka bekerja dan terkoordinasi dengan baik.

” Selanjutnya, meskipun tim  komunikasi ini bekerja terkadang setiap Presiden itu memiliki model komunikasi yang berbeda-beda, ada yang biasa pakai teks dan ada yang natural, yaitu  langsung berbicara ketika bertemu dengan publik. Karena mereka adalah sosok  yang sibuk dan banyak persoalan yang mesti diselesaikan, terkadang tidak sadar bahwa apa yang ingin dikatakan itu berbeda dengan apa yang diucapkan, ” ujarnya lebih lanjut.

Ketika disinggung mengenai model komunikasi politik Jokowi lebih jauh, Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies ( IPS) ini memandang bahwa pada dasarnya  terdapat perbedaan ketika presiden di dalam istana dan di luar istana.

” Menurut saya semua tertata dengan baik ya,  jika beliau berada dalam lingkaran istana ketika dilihat dari beberapa pidatonya. Namun berbeda ketika sudah keluar istana dan melakukan beberapa kunjungan, seperti di Padang dan Blitar itu misalnya. Dengan adanya salah ucap tersebut mengindikasikan bahwa pada dasarnya komunikasi Presiden di luar istana itu kurang tertata dengan baik oleh tim komunikasi istana, ” tambahnya

Terlepas dari itu sejatinya belajar dari kegaduhan publik dalam merespon setiap gerak – gerik elit politik di Tanah Air dalam beberapa tahun belakangan,  termasuk kesalahan ucap seorang  Presiden juga harus dimaknai  dari sisi lain, bahwasanya publik hari ini mulai menaruh perhatian pada jalannya   kehidupan politik Tanah Air, dan menyadari bahwa suara mereka itu  penting adanya untuk memengaruhi setiap wacana yang tengah berkembang dimana berpotensi menjadi kontrol setiap sikap dan arah kebijakan elit. Selanjutnya yang tak kalah penting pula dari beragam respon publik terkait fenomena politik Tanah Air,  pada dasarnya juga menjadi pengingat bahwasanya bukan demokrasi lagi namanya  jika itu tidak menimbulkan kegaduhan.

Share this post